Kamis, 26 Januari 2012

Lalab Khas Sunda

Posted On 10.00 by Andrez82 0 komentar

Daratan Sunda adalah surga bagi para penggemar lalab. Lalab adalah daun-daun muda dan bagian tanaman lain seperti buah, biji ataupun bunga yang dimakan bersama dengan makananan utama (nasi). Kebiasaan memakan lalab bagi masyarakat Sunda sudah berlangsung turun - temurun dan masih berlangsung sampai saat ini. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa orang Sunda tidak akan pernah mati kelaparan jika dilepas di tengah hutan karena mereka bisa memakan semua daun yang ada. Pepatah yang kadang digunakan sebagai bahan “guyonan” orang Jawa tersebut sebenarnya mempunyai makna yang dalam. Mengapa demikian? Karena budaya makan lalab mucul sebagai suatu bentuk adaptasi masyarakat Sunda terhadap alamnya yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kalau kita mengamati fenomena yang terjadi saat ini, budaya makan lalab tersebut telah mengalami perubahan. Keanekaragaman jenis lalab mulai berkurang. Menurut informasi yang dimuat dalam buku Indische Groenten tahun 1931 (Suriawirya, 1987) disebutkan bahwa yang namanya lalab adalah berupa tanaman liar atau tumbuh dengan sendirinya yang kemudian dipelihara. Suriawirya menambahkan bahwa tidak satupun lalab tempo doeloe yang termasuk sayuran seperti yang ada saat ini.

Kebenaran pernyataan Suriawirya tersebut dapat kita lihat di rumah - rumah makan khas Sunda sampai ke pedagang - pedagang kaki lima yang menjajakan makanan pada malam hari. Jenis lalab yang disajikan tidak beragam dan cenderung seragam. Daun slada dan kol (kubis) seakan menjadi lalaban utama. Petersely merupakan lalab mahal yang disajikan di restoran-restoran. Padahal ketiga jenis lalab tersebut adalah jenis tanaman introduksi (tanaman asing) dari negara lain.

Konsumsi lalab yang disajikan di rumah tangga khususnya bagi keluarga yang tinggal di perkotaan juga tidak jauh berbeda. Bahkan ada seorang ibu yang sudah cukup berumur yang tinggal di daerah Garut mengatakan bahwa dulu ia mengkonsumsi segala macam daun di sekitar rumahnya untuk lalab. Tumbuhan yang tumbuh liar di pinggir jalan pun ia jadikan lalab. Tetapi kebiasaan tersebut saat ini sudah jarang ia lakukan karena ia dengan mudah dapat memperolehnya di pasar dan lalab yang tersedia menurutnya seperti yang dimakan oleh orang kota.

Sekelumit pernyataan yang diutarakan oleh ibu tersebut mungkin juga terjadi pada masyarakat Sunda lainnya. Mereka tahu akan perubahan pola konsumsi makan dengan semakin berkurangnya dan berubahnya jenis - jenis lalab. Tetapi apakah mereka sadar akan arti perubahan itu bagi diri mereka dan keturunannya serta bagi keberlanjutan alam tempat mereka tinggal masih menjadi pertanyaan.

Membanjirnya berbagai jenis lalab dan sayuran asing yang telah berhasil mempengaruhi perubahan pola konsumsi makanan perlu kita sadari sebagai suatu fenomena yang penting untuk diperhatikan. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara megabiodiversitas terbesar nomor dua di dunia. Perubahan pola konsumsi makanan dan budi daya pertanian yang beralih ke tanaman asing merupakan suatu hal yang aneh.

Apabila dilihat dari sudut pandang biologi, fenomena di atas akan berakibat buruk pada keberlanjutan keanekaragaman hayati kita. Erosi genetis terhadap tanaman - tanaman lokal akan terjadi secara signifikan. Tanaman - tanaman lokal akan punah karena tidak lagi dibudidayakan dan habitatnya digantikan oleh tanaman asing.

Tanaman asing yang merupakan tamu di suatu habitat yang bukan aslinya tentu saja memerlukan perlakuan - perlakuan yang membutuhkan energi tinggi. Bahkan seringkali diperlukan suatu kondisi ekstrem untuk mengadaptasikan tanaman asing tersebut ke habitat barunya. Hal ini dapat kita lihat pada budidaya sayuran atau padi. Pemupukan dan pemberantasan hama diperlukan supaya tanaman tersebut dapat hidup dan berproduksi dengan baik. Aktivitas tersebut saat ini telah terbukti berhasil merusak kemampuan tanah untuk membangun dirinya sendiri serta telah menimbulkan hama yang resisten yang justru sangat merugikan bagi petani dan terutama sangat mengganggu keseimbangan ekosistem lokal dan keberlanjutan makhluk hidup lokal lainnya.

Punahnya tanaman lokal juga dapat disebabkan oleh adanya invasi tanaman - tanaman asing. Salah satu contoh adalah invasi tanaman konyal (passiflora) di hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Tanaman merambat ini telah mematikan beberapa jenis tanaman asli di hutan tersebut. Jika invasi konyal ini tidak segera ditangani maka spesies - spesies tanaman yang ada di hutan tersebut lambat laun akan mati.

Dunia pertanian, perkebunan dan kehutanan hendaknya bersikap hati - hati terhadap adanya introduksi spesies asing ini. Perilaku suatu spesies tanaman di habitat aslinya dengan di habitat asing bisa sangat berbeda. Di habitat aslinya, suatu tanaman mungkin tidak berbahaya bagi tanaman lainnya. Tetapi di habitat asing ia bisa menjadi sangat invasif dan dapat mematikan berbagai jenis tanaman asli lainnya seperti kasus invasi tanaman konyal di TNGP.

Salah satu contoh kasus menarik lainnya adalah hasil penyelidikan oleh G.F. van der Meulen, seorang ahli pertanian tanaman tropika dari universitas Wageningen Belanda. Ia menemukan suatu jenis tanaman herba Eupatorium odoratum di daerah Jawa Barat pada tahun 1953. Jenis tanaman ini sangat ganas, ia mampu mengalahkan dan membunuh tanaman alang - alang yang juga merupakan salah satu rumput ganas di daerah terbuka.

Menurut Meulen, keberadaan Eupatorium beserta tanaman legume seperti Centrosema pubescen, Tephrosia candida dan Pueraria javanica mampu membangun unsur hara tanah. Tanaman-tanaman tersebut dapat menggantikan fungsi hutan asli dalam menciptakan unsur hara tanah.

Hasil penelitian Meulen ini perlu kita analisis secara cermat. Di satu sisi tanaman tersebut dapat membangun unsur hara tanah (soil builder), tetapi di sisi lain keganasan tanaman tersebut dapat mematikan jenis tanaman asli yang tumbuh rendah di daerah terbuka. Apabila tanaman tersebut berada di dekat daerah hutan, maka pembukaan hutan secara liar akan menjadi lahan empuk bagi invasi jenis asing tersebut. Barangkali tanaman pohpohan yang merupakan jenis asli yang hidup liar di hutan akan hilang dan kita tidak akan pernah dapat menikmatinya lagi. Nasibnya akan sama dengan lalab tempo doeloe seperti buni, koang, godobos dan lain-lain yang kini tinggal kenangan. Demikian juga dengan jenis - jenis lainnya, sementara itu kita belum sempat melakukan domestikasi dan melakukan budi daya terhadap jenis - jenis tanaman asli tersebut.

Apabila hal tersebut terjadi di seluruh wilayah Indonesia, kita dapat membayangkan betapa besar kerugian secara ekonomi oleh hilangnya jenis - jenis tanaman asli yang merupakan sumber gen di masa depan. Kemandirian untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan tanaman kita sendiri tidak dapat dilakukan lagi. Kita akan semakin bergantung dengan tanaman asing yang kadangkala benihnya pun harus kita beli dari daerah asalnya.

Selain itu munculnya jenis - jenis tanaman asing yang sangat invasif akan mengacaubalaukan perkembangan keanekaragaman hayati asli kita. Kerawanan pangan dan kelaparan bukanlah hal yang mustahil di masa depan jika kondisi ini tidak cepat diantisipasi.

Prediksi akan kerawanan dan kelaparan tersebut bukanlah mengada - ada. Kita dapat melihat dan menyadarinya melalui fenomena - fenomena yang ada di lingkungan kita selama ini. Masyarakat Sunda barangkali tidak akan lagi menikmati lalab segar khas daerahnya. Mereka akan sangat familiar dengan jenis lalab dan sayur - mayur dari daerah lain sementara jenis lalab dan sayur aslinya sendiri yang jumlahnya jauh lebih beragam tidak lagi mereka kenal. Lalu siapakah yang seharusnya bertanggung jawab terhadap keadaan masyarakat dan alam di masa depan nanti ?” Seandainya keanekaragaman hayati asli benar - benar kacau dan rawan pangan benar - benar terjadi, siapakah yang harus disalahkan dan bertanggung jawab ? Apakah kita sebagai manusia, alamnya sendiri ataukah sistem yang kita bangun di alam ini ?

Saat ini pilihan ada di depan kita semua. Memilih tanaman asing atau tanaman lokal atau kedua–duanya. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa alam beserta keanekaragaman hayatinya bukanlah hak generasi saat ini saja. Keturunan kita juga berhak menikmati kondisi alam yang sehat. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk berbuat dan memikirkan alam beserta keanekaragaman hayatinya guna kelangsungan hidup saat ini dan di masa depan. Dengan demikian masyarakat Sunda tetap dapat menikmati pucuk daun pohpohan sebagai lalab. Demikian pula dengan daerah – daerah lainnya di Indonesia. Di masa datang, mereka tetap dapat menikmati pangan hasil dari tanaman asli milik sendiri. 
 (Ibu Sri Indiyastuti)




Kamis, 12 Januari 2012

Ibnu Sina

Posted On 16.28 by Andrez82 1 komentar


Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya


Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar.  Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian :
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang diberi nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.

Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.

Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.


Minggu, 01 Januari 2012

Agar Anak Mentaati Peraturan

Posted On 11.00 by Andrez82 0 komentar


Hal-hal yang perlu diterapkan dalam usaha mendisiplinkan anak :
  1. Mulailah dari hal-hal yang kecil dulu, kemudian secara bertahap ke tingkat selanjutnya.
  2. Awal dari disiplin adalah komunikasi yang baik dan sederhana.
  3. Konsisten pada aturan disiplin yang telah dibuat.
  4. Konsisten antara ayah dan ibu supaya tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Buatlah kesepakatan tentang peraturan yang harus dijalankan di rumah.
  5. Terapkan pemberian reward dan punishment (hukuman).
  6. Pemberian perintah dan aturan yang disertai dengan penjelasan mengapa harus begini, mengapa harus begitu.
  7. Mendampingi anak mengerjakan apa yang diperintahkan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, misalnya pada saat anak disuruh membereskan mainannya.
  8. Teknik disiplin yang digunakan, sebaiknya memakai dialog yang penuh kasih sayang dan kehangatan.
  9. Bahasa yang digunakan sebaiknya yang sederhana saja, apalagi si anak masih tergolong balita. Gunakan juga bahasa anak (berdasarkan pada pola pikir animisme anak) . Dengan demikian si anak akan lebih bisa menerimanya.
  10. Aturan disiplin dibuat sedemikian rupa sehingga bahaya dari luar/sisi negatifnya bisa diminimalkan.
  11. Perhatikan usia anak. Aturan disiplin akan berbeda-beda pada tiap tingkatan tahap perkembangan. Bila masih kecil (baru 1-2 tahun), kesabaran sangatlah mutlak karena mereka cenderung egosentris. Jadi, maklumlah.
  12. Hormati perasaan anak dan hargai juga waktunya.
  13. Berikan pilihan / alternatif.
  14. Kerahasiaan aturan disiplin supaya tidak menjatuhkan harga diri anak.
  15. Peringatkan lebih awal tentang apa-apa yang harus dilakukannya supaya ia bisa bersiap-siap untuk aturan tersebut.
  16. Berikan perintah dengan tegas dan lebih spesifik.
  17. Tekankan pada hal-hal positif.
  18. Ketidaksetujuan baiknya ditujukan pada perilaku si anak, bukan si anak itu sendiri.
  19. Berikan contoh / teladan yang baik karena anak-anak bisa meniru perilaku orang tuanya. Dengan demikian, oang tua bukan hanya sebagai penegak aturan tetapi juga pelaksana aturan.
  20. Sertakan rasa humor.
Hal-hal yang harus dihindari dalam usaha mendisiplinkan anak :
  • Terlalu sering memberi ancaman (lebih-lebih pada anak yang pandai) karena ia malah akan balik menantang.
  • Mendisiplinkan anak dalam keadaan emosi.
  • Aturan disiplin yang memaksa, otoriter, keras dan sangat ketat.
  • Selalu mengatakan, “Aku ingin …” ( bagi orang tua ).
  • Orang tua itu sendiri tidak disiplin, sehingga si anak pun menirunya.
Aturan-aturan yang penting saat memberikan reward kepada anak :
  • Hadiah diberikan dengan tujuan tertentu, sebagai dorongan pada anak untuk tetap mempertahankan tingkah laku atau prestasinya yang baik.
  • Bila tujuannya ingin mengubah tingkah laku anak sebaiknya jangan memberikan hadiah barang, kecuali untuk pertama kali dalam jangka waktu yang panjang, misalnya saat anak masuk sekolah,  belikan tas atau buku.
  • Bila anak sudah terlanjur menyukai hadiah barang, ubahlah dengan sikap yang sabar, ulet, dan konsisten. Perubahan ke hadiah non-barang pun harus dilakukan secara bertahap dan jangan memaksa.
  • Kekompakan antara ayah dan ibu dalam memberikan reward.
  • Bila akan memberikan hadiah non-barang, lakukan dengan sungguh-sungguh, dalma arti ungkapan kasih sayang, seperti pelukan atau ciuman diberi dengan tulus.
  • Konsisten dalam memberi hadiah non-barang.
  • Hadiah non-barang harus proporsional, efisien, dan tepat waktu.
  • Adakan evaluasi seusai hadiah diberikan, apakah ada penguatan perilaku pada anak.
  • Reward jangan diberikan secara berlebih-lebihan.
  • Reward baiknya berujung pada reinforcement positif.
 Aturan-aturan yang penting saat memberikan hukuman kepada anak :
  • Jangan berikan pada anak yang masih tergolong balita karena mereka belum mengerti alasan mengapa mereka dihukum, akibatnya mereka bisa menjadi frustasi.
  • Hukuman harus bersifat mendidik.
  • Informasikan terlebih dahulu akan adanya sanksi tertentu dari perilakunya yang tidak menyenangkan orang tuanya.
  • Adakan evaluasi seusai hukuman diberikan, apakah ada perubahan kesadaran dalam diri si anak.
  • Jangan lakukan hukuman di bawah pengaruh emosi yang tak terkontrol.
  • Hindarkan hukuman fisik. 
  • Berikan hukuman dengan tegas. Bila anak merengek jangan langsung lemah hati dan nyerah.
  • Perhatikan korelasi antara hukuman dengan perilaku.
  • Hukuman badan hanyalah dipandang sebagai jalan terakhir.
 Beberapa fakta mengapa hadiah barang  bisa menjadi tidak efektif :
  • Anak menjadi materialistis.
  • Anak menjadi konsumtif.
  • Orang tua bisa tekor.
  • Anak bersikap baik bukan karena kesadaran diri, tetapi karena keinginan untuk mendapatkan barang tersebut.


Beberapa fakta mengapa hukuman badan bisa menjadi tidak efektif :
  • Anak menjadi frustasi.
  • Anak bisa menjadi resisten (kebal) terhadap hukuman tersebut.
  • Anak cenderung membiarkan dirinya dihukum daripada melakukan perbuatan yang diharapkan kepadanya.
  • Anak cenderung melampiaskan kekesalannya pada hukuman tersebut dengan memukul anak lain.
  • Menimbulkan dampak psikologis jangka panjang, di mana rasa marah, sakit hati dan jengkel akan dipendam selamanya oleh si anak.
  • Akan terbentuk rasa ketidakberdayaan (sense of helplesness)
  • Anak tidak akan belajar apapun dari hukuman badan.
Baik reward maupun hukuman, janganlah asal-asal diberikan, melainkan harus mampu membangun/mengukuhkan konsep diri di individu.  Waktu diberikannya reward atau hukuman pun harus langsung pada saat perilaku yang diinginkan/tidak diinginkan itu terjadi. Jangan menundanya terlalu lama.